[BUDAYA MAKANAN] Onde dan Sejarahnya
Onde merupakan makanan sajian yang
biasa disajikan saat musim dingin karena menurut sejarah masyarakat Tiongkok
makanan ini disantap saat bulan desember sebagai perayaan Onde. Onde disantap oleh
masyarakat Tiongkok saat hari festival Dongzhi yang artinya musim dingin yang
ekstrim. Di Indonesia, penganan ini sering disebut Ronde yang disajikan dengan
kuah jahe hangat dan campuran gula merah. Pada musim dingin, masyarakat etnis
Tionghoa melakukan perayaan dengan berkumpul bersama dengan keluarga atau reuni
sambil menyantap onde menggunakan mangkuk di meja bundar yang merupakan bagian
tradisi etnis Tionghoa. Kebersamaan, kekeluargaan, dan penggunaan meja serta
mangkuk yang bundar tidak terlepas dari filosofi yang ada pada wujud fisik Onde
yang bulat. Selain itu, karakteristik yang lengket sebagai simbol kekeluargaan
yang erat.
Sejarah
Perayaan Onde sudah ada sejak masa
Dinasti Han (206 SM – 220 M). Berdasarkan legenda yang ada, pada masa itu hidup
seorang gadis pelayan bernama Yuanxiao di Istana raja. Gadis tersebut memiliki
keahlian dalam memasak bola ketan. Suatu hari, Gadis tersebut rindu kepada
kedua orang tua nya namun atas peraturan istana yang ketat, Yuanxiao tidak
diperbolehkan keluar dari istana sekalipun mengunjungi keluarganya. Seorang
Menteri mencoba membantu gadis itu untuk keluar dari istana, pada saat perayaan
imlek tiba, sang menteri mengusulkan memberikan bola bola ketan buatannya yang
diberikan kepada sang kaisar. Berkat pemberian bola bola ketan buatan Yuanxiao,
kaisar menyetujui dan memberikan izin untuk keluar istana dan menemui
keluarganya. Dan sejak saat itu, kaisar memberi nama makanan bola bola ketan itu
sebagai Tangyuan dan disajikan saat perayaan Cap Go Meh atau 15 hari setelah
perayaan Imlek.
Kepercayaan makan onde hingga kini
pun beragam, diantaranya saat makan onde seseorang akan menyesuaikan dengan
usia kemudian menambahkan satu onde sebagai lambang pengharapan agar usia
bertambah lagi. Kepercayaan lain menyebutkan jika ada anggota keluarga hamil
membakar onde, kalau onde pecah maka bayi akan berjenis kelamin perempuan.
Namun, disamping beragamnya kepercayaan, hingga kini perayaan onde tetap
dilaksanakan sebagai momen untuk berkumpul dalam kehangatan keluarga keturunan
Tionghoa.
Komentar
Posting Komentar