[BUDAYA MAKANAN] Kuah Beulanggong, Simbol Penyatu Kebersamaan Masyarakat Aceh
Aceh merupakan satu kota besar di bagian utara Indonesia yang terletak di pulau Sumatera. Banda Aceh memiliki banyak keunikan dari kebudayaan, tradisi, dan ragam kulinernya. Diduga kuliner Aceh dipengaruhi oleh budaya Timur Tengah seperti India karena kebanyakan makanan Aceh menggunakan kuah kari dan bumbu yang mirip dengan bumbu yang biasa digunakan masyarakat Timur Tengah. Salah satu yang menjadi tradisi masyarakat Aceh adalah penyajian Kuah Beulanggong.
Kuah Beulanggong merupakan masakan berkuah yang dimasak pada kuali besar yaitu derdiameter sekitar satu meter. Makanan ini terdiri dari campuran bahan utama daging sapi, daging kambing, atau daging kerbau yang dicampur dengan buah nangka atau ada juga yang menggunakann pisang kapok. Sementara, kuahnya berupa kuah kari yang kaya akan rempah.
Beulangong atau Belanga sendiri memiliki arti kuali besar atau belanga yang digunakan untk memasak. Karena tradisi menyantap kuah beulangong ini merupakan warisan kuliner nenek moyang, Kuah beulangong terus dilestarikan dengan disajikan di acara-acara hajatan adat ataupun pesta perkawinan. Masakan yang membutuhkan waktu masak dua jam ini juga menggambarkan kebersamaan dan silaturahim antar keluarga dan warga. Dengan demikian, masyarakat Banda Aceh datang berbondong-bondong ke festival tahunan di Aceh yang biasa menyajikan Kuah Beulangong untuk menikmatinya secara bersama-sama.
Cara mengolahnya yaitu dengan membuat bumbu terlebih dahulu yang terdiri dari kelapa gongseng, kelapa giling, cabai merah, cabai kering, cabe rawit, bawang putih, jahe, kunyit, ketumbar gongseng, kemiri, lengkuas, dan lain-lain. Kemudian, daging yang sudah dipotong kecil dicuci bersih dan dimasukkan ke dalam kuali besar. Daging dan kuah bumbu diaduk merata. Setelah itu, potongan nangka atau pisang kapok dan beberapa asam campurkan. Proses pemasakkan kuah beulangong menyebabkan aroma khas keluar yang sekaligus menarik perhatian warga sekitar.
Komentar
Posting Komentar