[BUDAYA MAKANAN] Sejarah Kota dan Coto Makassar

Sejarah mengenai Kota Makassar beserta isi kebudayaan di dalam nya dikisahkan sejak abad ke-16 yaitu pada masa kerajaan Gowa. Pada awal abad ke-16, Orang Eropa mendatangi Indonesia yang memiliki motif diantaranya petualangan, ekonomi, maupun agama. Negara tersebut adalah Portugis, Spanyol, dan disusul oleh Belanda. Dunia Timur atau Asia Tetanggara dikenal memiliki tanah yang subur dan hasil rempah yang melimpah, Bangsa Eropa memiliki gerakan untuk mendatangi Negara yang kaya akan rempah termasuk Indonesia untuk melakukan perdagangan. Perjalanan bangsa Eropa pun ditempuh lewat samudera. Selain pelabuhan Banten yang didatangi oleh bangsa Eropa, pelabuhan Makassar pun didatangi bangsa Eropa namun pada masa itu pelabuhan Makassar atau Ujung Pandang belum memainkan peran yang penting. Makassar kemudian dikembangkan sebagai pelabuhan yang besar oleh kekuatan dari gabungan Gowa dan Tallo. Sejak saat itu, Makassar menjadi lokasi pelabuhan yang sangat baik sebagai stasiun dalam pelayaran antara Maluku dan Malaka, selain itu menjadi aktif dalam kegiatan perdagangan.


Aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh kerajaan Gowa membuat kerajaan tersebut mendapat perhatian yang besar sekali dari orang asing seperti Portugis, Spanyol, Inggris, juga Belanda. Tidak hanya perhatian yang didapatkan, bangsa Eropa juga ingin mencari hubungan yaitu bersahabat dengan raja Gowa. Secara geografis, Gowa diakui bangsa Eropa sebagai lokasi strategis dalam pelabuhan dan perdagangan karena lokasinnya terletak antara Malaka dan Maluku. Selain kondisi geografis yang memungkinkan sebagai pelabuhan, kondisi alam juga memadai dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat Gowa diantaranya berburu, meramu, menangkap ikan, bertani dan berternak. Melalui kegiatan tersebut, hasil yang diperoleh dimanfaatkan sebagai bahan makanan maupun bahan lain dalam rangka bertahan hidup.
 
Berdasarkan sejarah yang ada, masyarakat Makassar memproduksi makanan yang berasal dari daging dan campuran kuah rempah yang kemudian hingga kini dikenal sebagai Coto Makassar atau Coto Mangkasara. Coto Makassar sudah ada sejak masa kerajaan Gowa yang konon biasa disajikan kepada para pengawal kerajaan untuk mengisi perut di pagi hari sebelum bertugas. Selain itu, Coto Makassar juga diperdagangkan ke pulau jawa bersamaan perdagangan lain nya

Coto Makassar memiliki khas tersendiri dibandingkan soto lain nya yang tersebar di penjuru Indonesia. Perbedaan Coto Makassar dengan Soto yang lain terletak pada bahan bakunya yaitu berupa jeroan sapi. Bahan dasar lain yang bisa digunakan juga antara lain usus, otak, hati, daging sapi atau kuda, pemasakan nya menggunakan bumbu sereh, laos, ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, garam, daun salam, jeruk nipis, dan kacang. Selain disajikan dengan nasi, Coto Makassar kerap disajikan bersama ketupat. Peramuan Coto Makassar sudah menjadi tradisi yakni secara khusus diolah dalam kuali tanah yang disebut korong butta atau uring butta, dan dengan rempah patang pulo atau dalam bahasa Indonesia menggunakan 40 macam rempah. Selain menggunakan 40 macam rempah, masakan Coto Makassar juga diduga dipengaruhi budaya Tiongkok yang ditandai dengan penggunaan sambal tauco di dalam nya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[KETERAMPILAN MANAJEMEN] Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat dan Proses

Mengenal OMBUS-OMBUS, Makanan Tradisional khas Batak

[BUDAYA MAKANAN] Bakar Batu, Tradisi Makan Masyarakat Papua